Tuesday, November 23, 2010

Rembulan Tenggelam di Wajahmu. By: Tere Liye

Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Novel luar biasa karya Tere Liye. Seperti karya-karya sebelumnya selalu ada hal yang membuat saya merenung memikirkan isi novel karya Tere Liye. Karena tak hanya sekedar cerita tapi saya lebih menganggapnya pelajaran hidup. Saya adalah orang yang sangat menggilai buku tapi amat sangat jarang membeli buku. Saya hanya akan membeli buku-buku atau komik yang sangat bagus menurut saya. Bagus ini pun bukan hanya sekedar sesaat, tapi bagus dalam arti jika saya punya keluarga, sodara, kawan, bahkan anak dan cucu saya nanti layak membaca buku-buku yang saya anggap bagus ini. Namun untuk karya-karya Tere Liye merupakan pengecualian, tidak perlu rekomendasi terhadap tiap judulnya, asalkan pengarangnya Tere Liye saya pasti beli. Tak jarang saya lupa bawa duit, karena memang hanya berniat cuci mata, saat saya melihat buku Tere Liye maka saya akan menitipkan itu buku ke kasir dan bilang, "Bang, saya beli buku ini tapi tunggu bentar ya, saya pulang ambil duit". Si abang cuma terbengong-bengong dan menggerakkan kepalanya tanda mengangguk. Aha, saya lupa, ini bukan toko buku langganan saya, mereka belum terbiasa. Namun kunjungan ke dua saya ke toko itu mereka hanya tertawa menyambut saya. Keanehan saya inilah alasan pertama anda harus baca bukunya Tere Liye. Ingin pinjam? Hubungi saya? Karena membaca tak harus membeli, keep reading guys...

Kembali pada novel berjudul di atas...
Novel ini mengisahkan kisah perjalanan Ray mendapatkan 5 jawaban atas pertanyaan besar dalam hidupnya. Langit berbaik hati menjelaskan ke 5 jawaban atas pertanyaannya. Dalam perjalanannya mendapat jawaban itu ia ditemani oleh Orang Dengan Wajah Menyenangkan. Kisah ini diawali dengan tangis Rinai, gadis malang penghuni panti asuhan, di malam karnaval hari raya, malam takbiran. Di tempat yang sama namun pada dimensi yang berbeda, seorang bernama Ray, pasien yang berumur enam puluh tahun, dan Orang Dengan Wajah Menyenangkan menemaninya. Orang Dengan Wajah Menyenangkan memulai tugasnya, membantu langit menjelaskan pada Ray jawaban atas lima pertanyaan besarnya. Mengapa ia harus tinggal di panti yang penjaga pantinya sok suci itu? Apakah hidup ini adil? Kenapa langit tega mengambil istrinya? setelah memiliki segalanya, kenapa ia merasa hampa dan kosong? mengapa ia harus mengalami sakit yang berkepanjangan?
Itulah lima pertanyaan Ray. Jalan hidupnya ternyata menjadi jawaban atas lima pertanyaan lain dari penjaga panti, Diar, Plee, dan orang-orang di sekelilingnya...dan Rinai adalah salah satu jawaban atas pertanyaannya. Semua peristiwa besar atas jawaban itu terjadi pada malam karnaval hari raya, malam takbiran.

Tahukah anda? Saya selesai membaca novel ini tepat pada malam takbiran, ketika karnaval hari raya Idul Adha berlangsung. Buku itu telah amat lama saya beli namun baru sempat membacanya beberapa minggu sebelum lebaran. Novel yang membutuhkan waktu lama menamatkannya, bukan karena tak ada waktu membaca tapi karena isinya yang membuat saya berfikir keras tentang diri saya sendiri. Selesai dengan pikiran-pikiran itu, bahkan tak jarang tak membuahkan jawab, barulah saya bisa melanjutkan bacaan saya. Jika tidak begitu, maka serasa capung berterbangan memenuhi otak saya. Tak terbayangkan jumlahnya jika saya usir saat khatam membacanya.
Namun kepenuhan capung ini tak berarti novel ini rumit, tak dapat dipahami atau sebagainya. Novel ini hanya membuat saya berfikir. Itu saja. Masalah saya menamatkannya pada malam takbiran, langit punya jawabannya. Saya hanya bisa melongo malam itu. Suara takbir sahut-sahutan dari kejauhan, tak perduli apa yang terjadi.

Sinopsis pendek di belakang sampul buku ini tertulis: "di sini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana. maka mulailah membaca dengan menghela napas lega". Namun sungguh setelah helaan napas lega itu tak akan ada lagi yang kedua, saya menghela napas dengan tercekat bahkan kadang tertahan bak disumpal hidung saya. tidak hanya membaca kisah Ray, tapi saya juga menjadi berpikir tentang hidup saya. Berulang, disetiap sub bab, di setiap petikan kisah. Tak henti seolah hujan terus mengguyur di musim penghujan, mata tak kering dari air bening sedikit asin yang terkadang bermuara di mulut. Begitu banyak penanda halaman yang saya buat di novel ini (tanda terbanyak hingga hari ini saya membaca novel).
Setelah membaca novel ini saya berfikir, apakah langit akan berbaik hati memberi jawaban atas lima pertanyaan besar saya? namun paragraf dalam novel ini menjawabnya: "...tentang berbagai bagian yang tidak dijelaskan, semoga langit berbaik hati memberi tahu. Kalau pun tidak, begitulah kehidupan. Yakinlah dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat pada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri".
Saya berdo'a agar saya dibimbing ke arah yang terbaik oleh Pencipta langit dan diberikan jawaban terbaik dari 'tahu' itu sendiri. Amiin...>.<

Saya memberi bintang 5 (lima) untuk novel ini. Bintang besar kalau ada...hehehe.

Thursday, November 18, 2010

Belajar Dari Siapa Saja

Inilah kisah saya beberapa hari lalu menjelang hari raya Idul Adha:

Lebaran Idul Adha sudah di pelupuk mata, seperti kebiasaan setiap tahun, ibu-ibu mulai menyiapkan bermacam-macam kue. Mulai dari kue kering hingga kue-kue basah. Biasanya anak-anak'a baik laki maupun perempuan akan dimintai sumbangan tenaga untuk menyelesaikan prosesi pembuatan yang nantinya akan dimakan bersama itu. Tak jarang kue-kue itu habis setengah resep pada proses pembuatan, maklum pekerja juga butuh asupan energi.

Lebaran kali ini berbeda, ada seorang kakak yang sudah semenjak sebulan lalu membantu kegiatan rumah tangga di rumah kami. Kak Safura namanya. Awalnya saya yang hanya mendengar sekilas mengira Sakura. Jadilah selama seminggu saya memanggilnya Kak Sakura. Yang dipanggil pun santai, tidak merasa namanya salah sebut. Hingga akhirnya sebuah form isian perbaikan Kartu Keluarga yang dibagikan ketua loronglah yang membuat saya mengetahui nama sebenarnya. Kebetulan tugas saya adalah mengisi berbagai form yang mampir ke rumah kami. Mengingat form-form semacam itu selalu dalam tulisan yang cukup mini hingga mamak atau ayah saya menyerahi saya tugas mulia itu. Hehehe...

Dua hari sebelum lebaran Idul Adha yang lalu, mamak saya membuat kue lebaran yang berbeda dari biasanya, yaitu keripik ketela. Kata mamak saya keripik ini enak rasanya n mamak saya pernah makan di salah satu rumah temannya, jadilah lebaran kali ini dicoba buat. Namun ternyata proses pembuatannya memakan waktu sanagt lama karena harus dipipihkan satu-satu. Wuiiih... Awalnya hanya Kak Safura yang membantu Mamak saya karena saya harus kuliah. Sepulang kuliah ternyata baru setengah stoples kecil yang jadi. Ckckckc...tapi setelah dirasa...gurih dan enak banget...>.<.. Namun penampakannya gak seenak rasanya, alias gak terlalu cantik. Kemudian saya pun ikut mengerahkan tenaga. Semua keripik selesai dibuat pada jam 9 malam...Fuiiih, capek. Namun tiba-tiba Kak Safura bilang, "Makasih ya Dek Lia udah bantuin". Nah saya mulai bingung. Kok berterima kasih?

Setelah saya tanya, ternyata ia berterima kasih karena telah dibantu membuat keripik enak yang ribet banget buatnya itu. Kemudian saya terharu soalnya Kak Safura baik banget. Ia merasa bertanggung jawab atas tugasnya. Walau terlihat rasa lelah dan bosan saat mengerjakan pekerjaan yang sama dari siang hingga malam. Terus saya jelaskan bahwa sayalah yang seharusnya berterima kasih karena jika tidak ada Kak Safura, maka sayalah sendirian yang selalu membuat itu semua seperti tahun-tahun yang lalu, dan mamak saya hanya tugas menggoreng. Terus ia tertawa dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. 

Besok harinya, sehari sebelum lebaran, kami beres-beres rumah. Karena Kak Safura mendapat jatah membersihkan rumah depan yang masih dalam perbaikan, maka pekerjaannya menjadi lumayan banyak. Terus setelah makan siang, saya disuruh mamak mencuci piring karena Kak Safura masih membersihkan rumah. Saat saya mencuci piring, tiba-tiba Kak Safura nongol dan bilang, "Kok piringnya Dek Lia cuci? Biar Kakak aja nanti yang cuci". Nah saya bingung lagi dan menjawab, "Gak papa kok kak biar D'Lia cuci". Terus Kak Safura bilang,"Makasih yaa". Saya cuma tersenyum sambil berpikir ya Allah kok ada orang yang polos banget n baik gini. Kan bukan berarti kalau orang yang membantu di rumah itu harus mengerjakan semuanya sendiri. Semua orang rumah, tidak perduli siapa, harus punya partisipasi dalam kegiatan rumah tangga. Begitulah selalu ajaran mamak saya yang luar biasa.

Maka patutlah saya belajar pada Kak Safura tentang tanggung jawab dan rasa bersyukur atas apa-apa yang kita dapatkan dari orang lain, walaupun itu hanya hal yang amat sederhana dan mungkin tidak berarti besar bagi kita.

Menyerbu Rumah Umay (Lebaran.com)

Hari ini adalah hari ke 2 lebaran Idul Adha. Karena nggak pulang kampung, jadilah kami berlebaran di Banda Aceh. Pasalnya ayah saya cuma libur sehari tok di tgl 17 Nov 2010 alias hari lebaran. Gak kalah menyedihkannya saya juga cuma libur sehari doank di hari yang sama, hari ini langsung ngampus. Tega nian mah si dosen. Karena satu kelas hampir semua bukan anak asli Banda Aceh jadilah yang datang kuliah cuma 10 orang di tambah 1 orang yang datang belakangan, totalnya 11 orang. Sehingga kami menyebutnya hari ini kita kuliah ala laskar pelangi. Yang jadi Lintang adalah kawan saya yang telat itu. Soal'a kan Lintang harus melewati beberapa kilometer untuk nyampe ke sekolah n melewati sungai berbuaya. Bedanya kawan saya ini rumahnya amat dekat dengan kampus. Guling-guling aja nyampe. Hihihi...Usut punya usut ternyata kawan saya itu sakit kepala kebanyakan makan daging...maklum lebaran kurban.

Di jadwal kuliah seharusnya, hari ini ada dua mata kuliah (Psikologi Industri n Psikodiagnostik). Namun dosen Psikodiagnostik yang baik hati memutuskan tidak jadi masuk karena mahasiswanya terlau sedikit dan rayuan maut kami mendarat mulus, kami hanya diserahi salah satu kitab psikologi yang harus di kaji n dibaca, demi menjadi psikolog yang handal. Cie...cie...
Akhirnya, kuliah di hari lebaran pun usai. 

Sepulang kuliah kami berencana pergi ke rumah Umay, teman saya. Nama lengkapnya Humaira. Ingin lebih kenal dengan dara cakep yang satu ini? klik disini. Hahaha...ka lage acara jodoh bak TV. Hihiy
Nah sehari sebelum lebaran, si Umay yang pinter banget masak ini hingga saya juluki Chef Handal ngesurvei para FB-er mau Cheese Cake atau Chocolate Melting Cake. Tanpa sungkan saya milih Chocolate Melting Cake soalnya saya kurang suka keju. Tak berselang lama, malamnya si umay udah ngetag foto cake yang siap disantap. Wuaaah....iler meleleh...slurp.slurp.slurp...
Ini dia si Chocolate Melting Cake:


Dengan langkah mantap kami keluar dari gedung kampus n menuju rumahnya Umay. Setelah melewati jalan-jalan yang sepi karena masih lebaran, tibalah kami di rumahnya Umay. Sampe disana ternyata banyak banget makanan. Selain Cake yang menggugah ini ada juga Puding (maaf kalo foto'a kurang mantap soalnya pake HP butut tercinta). Hehehe.


Ada kedondong di pejruek (manisan buah kedondong) yang merupakan hasil panen dari rumah Umay, tak ketinggalan Es Buahnya.

Belum lagi kue-kue kering yang banyak macam ragam yang membuat kami terus memamah biak. Selain itu di rumah Umay jg ada Sie Reboh (Daging Rebus). Makanan khas Aceh Besar ini dimasak amat sangat lezat oleh Bapaknya Umay. Ini adalah kali pertama saya makan Sie Reboh soalnya mamak saya belum pernah masak makanan yang satu ini soalnya banyak banget lemak dagingnya yang membuat kita harus memakannya segera setelah dipanaskan terlebih dahulu, soalnya kalo lama-lama bisa bergapah (lemak daging yang membeku seperti pada kuah sop daging yang dingin, itu loh yang di atas kayak es keras gitu).

Hebatnya, Sie Reboh ini dimasak sangat lama, kira-kira tiga hari, hingga dagingnya sangat empuk dan masakan ini mampu bertahan selama berbulan-bulan asal dipanaskan dengan teratur atau dimasukkan kulkas. Sie Reboh ini amat nikmat disantap dengan nasi panas. Di rumah Umay, ada dua versi Sie Reboh, satu versi yang tidak terlalu pedas dan yang satu lagi versi amat sangat pedas. Mendengar cerita kepedasan ini dari Umay, saya sampai sangat hati-hati sekali menuang kuahnya agar tidak kebanyakan. Ternyata setelah dicicipi, rasanya luar biasa ueeenaak. Yang dihidangkan ternyata yang versi tidak terlalu pedas. Hehehe...jadilah saya nambah kuah banyak-banyak. Ternyata sensasi pedasnya belakangan, setelah siap makan n cuci tangan mulailah rasa pedasnya menari-nari di lidah. Mantap.

Setelah dilakukan penelitian dan observasi lapangan. Ciaile... Ternyata banyak banget Sie Reboh yang dimasak Bapaknya Umay, dua kuali besar, kuali yang terbuat dari tanah liat membuat rasanya lebih mantap. Kata Umay mau dibagi-bagi ke sodara. Nah ini dia si mantap nan pedas itu:
Setelah makan-makan dan numpang shalat di rumah Umay, kami pun permisi pulang dan mengucapkan terima kasih yang amat dalam atas makananya. Hehehe. Setelah tiba di rumah dan saya pun tiba-tiba pingin makan Sie Reboh lagi. Ckckckc...Benar-benar lebaran yang berbeda kali ini dengan hadirnya Sie Reboh. Sie Reboh...Oh Sie Reboh...>.<




Wednesday, November 17, 2010

Selamat Lebaraaann.....

Di hari yang luar biasa ini Juzamalia n keluarga mohon maaf lahir batin. Banyak khilaf dan salah selama saya ad di dunia maya apalagi di dunia nyata...
Mohon dimaafkan.>.<


Ada banyak cerita di hari raya ini. Mulai dari cerita kucing, buku, makanan dan lainnya. Seolah-olah mereka menyambut lebaran dengan caranya sendiri. Subhanallah...Hari raya yang berbeda...^_^
 InsyaAllah akan saya cerita kapan-kapan kalo gak malas nulis....hehehehe


Tuesday, November 16, 2010

My Cross Culture Understanding Task (reading 7)

Di tugas kali ini saya menjadi anak bandel. Saya malas buat tugas.

Gambar garfield di atas amat sangat mencerminkan saya saat itu. Makan minum n baca buku sambil tiduran.
Jadilah saya mangkir dari ngepost tugas. Saya mulai merasa "kok gini jadinya". Kelas menjadi kurang menyenangkan. Memang saya senang dengan tugas membaca dan lagi pun buku CCU itu sangat menarik n bagus. Tapi apa benar hanya itu yang bisa dilakukan untuk kelas virtual? Entahlah...
Saya juga bingung...apakah kemalasan saya ini hanya kemalasan semata atau sebuah bentuk protes. Mungkin keduanya. :(

My Cross Culture Understanding Task (reading 6)

TASK:
First please read from page 99 - 105. Start from ways to view the world to Cultural Adjustment Process. I believe that the way Brooks Peterson explaining this book is very easy to read. Tell me what do you get from the reading in general? Where are you now?
MY ANSWER:
After reading the book (p. 99-105), I realize that in increasing my cultural intelligence need time and process. Of course, there are many ways to change it. When we think our way is the best that is natural if we refuse to adjust another way. Brook analogizes it as someone who looks for his car keys. When he found them, he naturally stops looking at the keys. It will be the big thing that we must change.
Brook describes the evolution of our thought process from William Perry, the psychologist.
1. Dualism: we see the world just in black and white term. We know two side of cultural differences. Our ways is the best.
2. Multiplicity: we know more side. We tend to the new one and feel negative for ours.
3. Relativism: this is the step when we appreciate other culture but in this term we just recognize multiple perspectives as others.
4. Committed relativism: here, we take the ways are the best for us. We may exactly understand there are the best for us and another people has their own best ways.
I think I'm in relativism term. I have one more stage and I will do my best to reach it, because I realize it is important to me and my life. 

Dapat Award.....(untuk pertama kalinya)

Wuaaaa........ehhehehehehe
Apa pasal?
Pasalnya adalah...Saya dapat award. Hehehehehe


Award ini dari K'NOVA. Ini adalah award pertama saya. Sebenarnya saya agak sedikit malu menerimanya soalnya saya kan masih pemula...hehehehe...masih banyak kekurangan di mana-mana. Blog ini juga menjadi sebegini bagus (menurut saya) karena berkat kebaikan kakak saya yang pinter ngedit blog...hohoho...
Sangat tidak menyangka bisa dapat award...moga saya semakin semangat nge post. Buat k'nova, makasih banyak...>.<
Selamat ulang tahun buat blognya moga makin semangat berkarya...^_^

Monday, November 1, 2010

Pilihlah Jalanmu Karena Kau Tau

Hidup...
Pilihan!
Ketika bahagia, membahagiakan atau dibahagiakan
Ketika sakit, menyakiti atau disakiti
Ketika disakiti, membalas atau menerima
Ketika tersakiti, mengimpaskannya atau ikhlas
Ketika menangis, menangisi atau ditangisi
Sungguh semua pilihan

Sadar maupun tidak
Kita memilih
Dengan kata, tatap, dan gerak
Semua memilih jalannya
Kadang tak tau tujuan
Kadang tau, mengerti, dan jalani

Belajar dari hidup
Pilihan terbaik dari smua yang tersedia
Tak banyak yang memilih
Ironi, bagi yang tak memilih
Jangan rendah dari kerbau!
Jatuh di lubang yang sama

Ikhlas, akhir pencarian hidup
Setelah berjibaku dengan segudang rasa
Kadang berakhir manis, kecut bahkan pahit
Sungguh ia bagai telaga sejuk melegakan
Rasa hanyut tanpa luka
Tersenyum menyongsong pagi


Teruntuk seseorang yang amat kukasihi (semoga karena-Nya dan disatukan di dunia dan surga-Nya, Amiin), pilihlah!
Toh kau telah rasa, melebihi rasaku. Bohong jika ku katakan tau dan rasa seperti rasamu, ku tak pernah rasakan. Ku tau kau pasti lebih baik darinya. Kita sempurna adanya, hitam dan putih dalam satu raga, dalam satu jiwa. Kau, Diriku, Dirinya, Diri Mereka... mungkin hitamnya lebih pekat, cemerlangkan putihmu. Jangan biarkan mereka rasai rasamu. Kau tersenyum perih dan berkata: "Sulit adanya". Ya, sulit tapi tak ada yang tak mungkin. Semoga Al Fatihah2 ku hadir untuk mu. Jalanmu panjang, biarkan sekarang ikhlas itu memelukmu demi senyum masa datang, saat kau lihat ke belakang. Do'aku untukmu wahai cinta...


Banda Aceh, Buku dan Bantal, 1 November 2010

Arigatou.. Visit Again Yaa... ~