Tuesday, March 4, 2014

Mudah move on = Tidak Setia?

How much time do you need to move on from someone?

Beberapa kejadian terjadi belakangan ini pada saya. Well, good things and bad things of course! Ada tiga kejadian dalam beberapa bulan ini yang membuat saya sadar akan sesuatu. Ternyata saya adalah orang yang sangat cepat bisa move on. Khususnya untuk human relationship, could be friendship, love, professional ties or else. Wooow. Saya sendiri terkejut. Mengingat saya orang yang sangat cinta mati semangka, yotsuba, sepeda, buku, ayunan, dll. Tidak bisa move on. Sulit sekali!



Ternyata tidak begitu dengan human relationship. Dulu sekali, saya ingat nenek saya pernah bilang, “Si Lia hanjeut ta harap bak jih, beuthat get akai tapi hana setia.” Kira-kira artinya dalam bahasa Indonesia begini: Si Lia (saya) orang yang tidak bisa kita harap terlalu banyak padanya, walau baik sifatnya tapi dia tidak setia. Nah, saat itu saya hanya paham sebatas itu saja. Memang saya orang yang tidak setia, mudah lupa dan kadang sering abai terhadap hal yang tidak signifikan bagi saya. Tapi ternyata saya melihat hal lain, yang kalau bisa disebut kelebihan, saya cepat sekali move on (karena tidak setia tadi).

Tentu, bukan serta merta tanpa alasan langsung putus hubungan dengan nyamuk. Banyak alasan, beberapa di antaranya: kekonsistenan terhadap hal yang saya tidak suka, merugikan dan menjengkelkan. Maka jika minimal tiga hal ini sudah muncul, maka saya akan secara kejam berargumen: what the hell is this? Siapa yang mau tinggal di neraka? No one right? Apalagi neraka yang harus anda cicipi karena ulah orang lain. So, saya akan dengan tegas mengingatkan diri! Stay away from that hell to be person. Kejam memang. Mungkin orang akan bilang don’t treat people bad if you don’t want to be treated that way. Tapi dalam hal ini saya akan bilang: just throw me (our relationship) into a rubbish can if I become such a hell for you. Jangan sungkan! Go ahead! Live your life!



Saya tidak memungkiri, saya kerap kali berlaku buruk, menjengkelkan bahkan merugikan orang lain. Saya tidak mungkin berani mengatakan: Saya tidak begitu maka jangan perlakukan saya begitu! Karena sejatinya orang yang diperlakukan buruklah yang merasakan. Bukan yang melakukannya. People who did bad things tend to forget and the victim will always remember. Saya pernah protes kepada kakak saya bahwa saya sering melakukan suatu hal yang ia suruh, maka kenapa ia menolak membantu saya?? Kemudian kakak saya menjawab “ Mana ada sering, kemaren tu ngak mau qe!” saya tidak perduli dengan komentarnya dan merasa paling benar. Kemudian setelah argumen tersebut, saya berpikir secara mendalam di otak yang jernih, saya sadar bahwa apa yang dikatakan kakak saya benar. Oleh karena itu, kadang kita tidak boleh terburu-buru merasa diri ‘tidak pernah’ melakukan hal “buruk” yang kita benci diperlakukan seperti hal tersebut. Karena kemampuan me-recal memori yang amat banyak di otak kita sangat terbatas. Lebih terbatas lagi saat kesal dan marah. Perasaan kakak saya saat saya tolak mungkin lebih tidak menyenangkan dari yang saya rasakan saat menolaknya. Jadi wajar saja jika dia ingat betul dibandingkan saya.

Tapi kisah saya dan kakak saya tadi bukan berarti anda harus selalu mau disuru-suruh, dibuat jengkel, dimarahi, dirugikan, dll oleh orang lain tanpa protes dan penolakan!! Apalagi oleh orang yang bukan siapa-siapa! Kalau keluarga sendiri, ya sudah kurang lebih lah, hari ini kita buat jengkel anggota keluarga, besok kita dibuat jengkel. Tapi jika ini teman, gebetan, pacar, dll. OH NO!!! Just stay away. Anda bisa tetap berteman, mengagumi dari jarak aman saja. Tapi kalau pacar? Putusin aja kali.... :p




*Salam kejam sedunia...:p


Foto:
www.clipartof.com
www.keepcalm-o-matic.co.uk
www.ardanradio.com

3 comments:

Siti Rahmah said...

kok judulnya gak nyambung ama isinya ya juz? :D

Yotsuba said...

hahhaha...malas mikir judul sit. gitu deh jadinya?

Muhammad Haekal said...

hahaha. kejam sekali dirimu kak

Post a Comment

Arigatou.. Visit Again Yaa... ~