Assalamu'alaikum....Konbanwaaa minnaaa.....^_^
Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi saya. Saya ikut pelatihan Tye Dye (Bahasa: Jumputan alias mengikat dan mewarnai kain, jilbab, atau T-shirt). Bahagia dan menyenangkan sekali, berkreasi sebebas-bebasnya dan tidak perlu takut salah, karena hasilnya akan selalu mengejutkan....;)
Dalam kelas pelatihan ini saya yang nomor satu paling tua, Kwkwkwkwk, lainnya anak SMP dan anak SD. (Ngak ding, tenyata gurunya lebih tua.... :p)
Berinteraksi dengan anak-anak bukanlah hal yang saya sukai, tapi juga tidak saya benci. Sejujurnya, saya tidak begitu senang dengan anak-anak. Bukan karena mereka bandel, cerewet, hobi nangis, merajuk, dll. Tapi karena satu hal yang sering ada di salah satu sifat anak-anak, yaitu hobi ngelendot/melekat/ngekor/dan persamaan lainnya. Saya tidak masalah kalau anak-anak ini bandel setengah mati, palingan saya istighfar banyak-banyak sambil jejeritan dan ikutan lari kesana-kemari. Saya senang dengan anak-anak yang aktif dan mandiri. Jadi kita tinggal biarkan mereka beraktiv ria, dan kita tinggal memantau saja.
Dari beberapa pengalaman dengan anak-anak, mereka jarang sekali dekat dengan saya. Biasa mereka ogah dengan saya. Mungkin karena ada kecendrungan implisit dari saya juga kali ya. Aura-aura tidak senang anak-anaknya keluar. Hihihihi. Tapi sejauh ini ada 2 orang anak yang cukup menggugah hati saya dan mereka dekat dengan saya dalam waktu yang lumayan agak singkat (versi saya yang tidak disukai anak-anak).
Pertama, anak berumur 4 tahun. Anak ini aktif sekali, tapi juga manja dan tidak ingin ditinggal ibu atau ayahnya (saat itu ada acara pelatihan anak-anak, yang saya nyasar jadi panitia). Akhirnya orang tuanya pulang saat si anak mulai asik. Eeeh, beberapa waktu kemudian, ketauan sama anaknya, nangislah si anak. Karena saat itu semua orang sibuk, hanya saya yang available, jadilah tugas saya menenangkannya. Jelas saya bingung, ini anak mau diapain....>_<
Akhirnya, ada adegan gendong-gendong (anaknya gendut, yang pasti berat dan ngak lama-lama gendongnya), cerita-cerita, bujuk-bujuk plus tipu-tipu kalau ortunya bakal segera datang. Entah bagian mana yang akhirnya membuat si anak ini berhenti nangis, saya juga tidak tahu. Ternyata ini tidak berakhir, dia mulai lari-lari dan mendekati kolam renang (tempat acaranya ada kolam renangnya), saya kalang kabut ngejar. Kemudian dia minta pegang-pegang air, oke saya izinin. Terus minta masuk dalam kolam, oke, sudah pasti tidak saya izinin. Sebagai gantinya, kami akhirnya lari-lari mengitari pinggir kolam renang sambil pegangan tangan (macam pilem india ya, Hahahha). Terus setelah satu putaran, ternyata dia ketagihan dan tidak mau berhenti. Kalau tidak salah, setelah lebih 6 putaran baru berhenti. Bayangkan saja, semua pengunjung (kolam renangnya sebelahan sama restaurant yang dindingnya kaca semua) atau orang lewat pasti ngeliat saya dan itu anak udah kayak gasing. Saya heran ini anak kok ngak capek ya, weleh, saya ngos-ngosan dan akhirnya minta berhenti. Saat saya ajak kembali masuk aula tempat acara, dia menolak dan ingin duduk di dekat kolam. Karena dia lapar, akhirnya saya bawakan kue. Saat memakan sebuah kue yang ada plastiknya, dia meminta saya membukakan. Eh, tapi giliran makan risol, dia dengan mahir menyisihkan sayur di dalam risol karena tidak suka, weleh-weleh, sebenarnya kalau memang ingin, dia bisa mengerjakan banyak hal, tentu tanpa ia sadari.
Setelah banyak episode film india dan episode piknik-piknikan di pinggir kolam, ia setuju untuk masuk kembali ke aula. Kembali mengikuti acara, sambil sesekali secara rutin menoleh ke saya, seolah takut saya tiba-tiba hilang. Ternyata anak-anak cepat belajar dan tidak mau tertipu dua kali, ia takut kejadian seperti ortunya yang pulang terjadi lagi. Acara untuk hari itu pun berakhir, ia pulang saat dijemput ibunya. Yang bikin terharu adalah, saat dia sudah dijemput, dia mencari saya kemana-mana (kebetulan saya sedang mengurusi hal lain), hanya untuk menyalami saya sebelum pulang! (Oouuuuuuhh, terharunya saya). Apalagi saat dia salam kemudian meletakkan tangan saya di keningnya (seolah ada yang menumbuk jantung saya, Dukgh, hahahah, lebay yak).
Pada hari ke dua acara, saat diantar ibunya, malah dia menyuruh ibunya pulang saja karena sudah ada saya. Ibunya lega, dia tersenyum bahagia, saya tersenyum aneh antara bahagia dan susah. Hahahha. Tapi di hari kedua, karena saya sedikit repot, dia sudah saya kenalkan dan akrab-akrabkan dengan anak-anak lain sebayanya. Syukur akhirnya dia dapat berteman dengan baik, hingga akhir acara. Saat pulang, adegan mengharu biru kembali terjadi, dia mencari saya menunjukkan sertifikat dan hadiah yang ia dapatkan dan tidak lupa salam dengan saya dan akhirnya pulang. Dan setelah itu, hanya sekali berjumpa kembali setelah 1 bulan, dan dia masi ingat saya, dan saya yang lupa namanya. Maaf ya nak.
Anak yang kedua, anak kelas 6 SD, tapi anak ini memiliki postur tubuh yang kecil, jadi kelihatan seperti anak kelas 3 SD. Di acara Tye Dye yang saya ceritakan tadi, dia duduk tepat di sebelah saya. Akhirnya kami saling membantu, menjahit, mengikat, memasukkan benang dalam jarum, dan mewarnai karya kami bersama-sama. Belum lagi ada adegan ciprat-menciprat cat, kotor-kotoran, dll. Anak ini sangat pintar, sabar dalam mengerjakan karyanya dan sangat telaten. Saat semua selesai, akhirnya ibunya menjemput, ibunya terburu-buru karena harus pergi kondangan. Yang membuat saya terharu adalah, saat terburu-buru itu dia kembali ke tempat mengecat dan menyalami saya, lagi-lagi, saat anak ini menyalami dan meletakkan tangan saya di keningnya (seolah ada yang menumbuk jantung saya, Dukgh). Dia tersenyum dan pulang dengan membawa karyanya yang setengah kering. Lagi-lagi saya tersentuh dengan anak-anak, setelah sekian lama pertemuan dengan anak pertama tadi.
Kalau anda menebak saya tersentuh karena adegan salaman pake tempel kening. Anda salah, Saya dan anak-anak di sekeliling saya memang salamnya begitu. Saya dengan orang yang lebih tua (ortu dan saudara) juga begitu.
Setelah saya pikir-pikir, mungkin saya benar-benar tersentuh itu karena saat mereka mencari saya untuk menyalami saya adalah tanda bahwa mereka menganggap saya seseorang yang berarti pada hari itu, dan mereka menggap saya orang yang lebih tua dari mereka. Padahal saya secara tidak sengaja memperlakukan mereka hanya sebagai teman bermain dan partner bekerja dan berinteraksi. Walau saya tau mereka anak-anak, tidak terbersit dalam diri saya, saya adalah orang yang dituakan oleh mereka (Ceritanya lupa diri, lupa umur). Hingga harus disalami secara sengaja begitu. Hehehe.
Mungkin tidak hanya itu juga, tapi banyak perasaan kompleks yang tidak bisa saya jelaskan dengan baik, bahkan saya juga tidak mengerti apa yang terjadi. Pokoknya udah terharu aja. :D
Mungkin sebaiknya, saya harus mulai banyak berinteraksi dengan anak-anak, agar saya berasa muda dan kecil kembali.....#eh...:p
Karya saya sedang dijemur...^-^
*Salam muda dan terus berkarya....