"Selagi masih singel, puas-puaskan dengan orang tua, bahagiakan mereka, sebelum berkeluarga!!!"
Kalimat ini terbaca oleh saya, ditulis oleh seorang yang tidak saya kenal di komen facebook salah satu teman facebook saya. membuat saya tercenung dan teringat beberapa cerita, kejadian dan kabar-kabar. Well, dari cerita dan kabar-kabar yang saya dengar, maka wajar sekali seorang bapak-bapakyang sudah berkeluarga menulis komen di atas di sebuah status anak muda yang masi single.
Beberapa waktu lalu, saya ikut seminar "Menikah Itu Indah" yang diisi oleh Ustadz. Mohammad Fauzil Adhim. Walaupun judulnya seperti tertera di spanduk seminar tapi isi nya tidak tepat seperti apa yang tertulis. Namun acara itu adalah acara keren yang betul-betul membuat saya ber O O ria, soalnya banyak sekali tauladan yang bisa saya ambil dari kisah-kisah sahabat dan sahabiyah yang selama ini cuma saya baca dan saya pahami dari sisi sebuah cerita sahabat, padahal ternyata dari segi yang lain juga dapat diambil sebagai contoh yang membuat saya, ber lho? Eh Iya, Waaah ria sepanjang seminar. Ya, begitulah kira-kira eskpresi saya saat bagaimana kisah Asiah, Maryam, Khadijah dan Fatimah diambil hikmahnya dari sisi keperempuanan, pernikahan dan keluarga.
Back to the topic, salah satu peserta seminar bertanya, "Bagaimana kalau kita menunda menikah karena ingin membahagiakan orang tua terlebih dahulu?". Maka setelah pertanyaan dilontarkan Ust. menjawab dengan sebuah pertanyaan baru, "Apakah anda semua disini ingin membahagiakan orang tua dulu baru menikah?" sebagian menjawab 'iya' dan sebagian menjawab 'tidak' termasuk saya. Kemudian jawaban dari ust. memang klik sekali dengan jalan pikran saya. Bahwa, membahagiakan orang tua itu bukan hanya dulu, sekarang dan sebelum menikah, tapi selamanya, sepanjang hidupnya dan hidup kita. Terus menerus, tidak putus.
Hanya saja, mungkin cara membahagiakannya jadi sedikit berbeda. Misalnya selama ini tinggal bersama orang tua, setelah menikah tidak, tapi bagaimana diusahakan di waktu tertentu kita tetap punya quality time bersama orang tua, tidak perlu sering jika memang jauh dan tidak memungkinkan. tapi yang penting itu kualitas kebersamaannya. Jika biasanya memberikan sebagian atau seluruh gajinya dengan orang tua, maka dikomunikasikan, otomatis orang tua akan mengerti, namun jangan serta merta dan meninggalkan celeng kosong. Walau tidak memberikan secara penuh, karena sekarang berkeluarga, berikan semampunya yang memang sebaiknya dianggarkan atau diberikan dalam bentuk barang, makanan atau hal-hal kesukaan orang tua. Atau hal-hal lain, silahkan saja dimodifikasi sepintar dan sebaik mungkin. Namun, pesan ust. jangan menceritakan sebuah kabar atau berita yang tidak baik kepada keluarga, silahkan diselesaikan sebisa mungkin tanpa melibatkan keluarga, kecuali jika memang tidak bisa lagi dihindarkan. Karena jika seorang anak sedih, bermasalah, pusing, maka orang tua pasti juga ikut kepikiran. Kan kasian, udah diurus dari kecil, masak iya udah gede pun masalah kecil yang kita punya harus diurusin orang tua juga. Belajarlah bersama-sama pasangan menyelesaikan masalah dengan komunikasi yang baik. Bahkan, perkataan yang baik pada orang tua saja bisa membuat orang tua senang, jadi tidak melulu dalam bentuk finansial, untuk apa finansial yang dikirimkan ke orang tua banyak, namun tidak pernah ada saat orang tua sakit, selalu ketus, suka membantah, nah jadi mari menjadi pribadi yang membahagikan orang tua kapan pun, walaupun setelah menikah.
Ya, begitulah kira-kira isi jawaban dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan dan menurut saya sekaligus menjawab keheranan saya atas komen fb di atas. terlihat mudah dikatakan tapi sepertinya akan sulit dipraktekkan, Hahaha. Tapi dimana ada kemauan yang kuat, keikhlasan dan ilmu, insyaAllah dengan terus belajar dan mencoba tanpa lelah, insyaAllah akan bisa membahagiakan orang tua ya, kapanpun dimanapun. Amiiin.
*Salam Anak Meutuah...^_~
*Salam Anak Meutuah...^_~
Photo: jenniferrasmussen.myadventures.org
0 comments:
Post a Comment