Well, this is what happens to me. I usually do it. Misspelling!!
Dari dulu saya memang punya masalah dengan membaca. Saya pernah
dapat nilai merah dalam pelajaran Bahasa Indonesia karena baru kelas 2 (dua) MIN bisa
membaca. Itu pun masih tebata-bata. It can’t be helped. So, gurunya mau ngak mau
taro saya nilai merah. Saya amnesia bagaimana nilai pelajaran lain ngak merah
soalnya saya nilai Bahasa Indonesianya merah karena ngak bisa membaca. Seingat saya,
saya bisa mengeja, jadi waktu pelajaran lain yang ada membacanya saya mengeja
sekuat tenaga dan sekencang mungkin. Dalam hati I scanned it and understood. Tapi
jika disuruh membaca then they would know I can’t do it properly. Saya sadar
dari dulu
kekurangan saya ini dan try to manage.
Sekarang setelah kuliah di psikologi saya tau saya ternyata punya masalah dalam membaca dan mengeja, tidak sampai dyslexia sih, hanya lambat saja, kata dosen saya. Saya tau si dosen meringankan diagnosis saya. Well, she can’t belief it. I know from the way she reacted when I said my childhood problem. Well, saat itu mata kuliah kesukaran belajar. Jadi dosennya tanya untuk contoh dan some students told their own problem include me. It looked like I had the worst problem in that class. Maybe she just don't want everyone know it because it is not that bad anymore. Dari banyak membaca saya tau saya punya banyak sekali checklist (klik for the checklist) yes untuk simtomnya. I can’t say I am not a dyslexic one. I deal with it and somehow managed it until now. That is how I can sit in college now bay the way. Hahahha. Untuk Bahasa Indonesia saya banyak banget peningkatan. Paling hanya masalah ‘d’, ‘b’, ‘p’, ‘t’, ‘f’, ‘v’ yang masi jadi masalah sampai sekarang.
Sekarang setelah kuliah di psikologi saya tau saya ternyata punya masalah dalam membaca dan mengeja, tidak sampai dyslexia sih, hanya lambat saja, kata dosen saya. Saya tau si dosen meringankan diagnosis saya. Well, she can’t belief it. I know from the way she reacted when I said my childhood problem. Well, saat itu mata kuliah kesukaran belajar. Jadi dosennya tanya untuk contoh dan some students told their own problem include me. It looked like I had the worst problem in that class. Maybe she just don't want everyone know it because it is not that bad anymore. Dari banyak membaca saya tau saya punya banyak sekali checklist (klik for the checklist) yes untuk simtomnya. I can’t say I am not a dyslexic one. I deal with it and somehow managed it until now. That is how I can sit in college now bay the way. Hahahha. Untuk Bahasa Indonesia saya banyak banget peningkatan. Paling hanya masalah ‘d’, ‘b’, ‘p’, ‘t’, ‘f’, ‘v’ yang masi jadi masalah sampai sekarang.
Tapi lain ceritanya dengan bahasa Inggris. Dulu saat MTsN bagian
pelajaran Bahasa Inggris yang paling saya benci adalah spelling. I hate it the
most. I can’t spell my name correctly fast. I need time and space for each
letter. Well, sampai sekarang masih begitu. Kalau Bahasa Indonesia sih ngak ada
pelajaran spelling kecuali pas MIN, jadi aman, tapi kalau skarang disuruh spell Bahasa Indonesia orally, then I will have a big problem. Hahaha. Yang kedua
adalah pelajaran dictation, I will get a worst score in English dictation. Hei,
tapi kalau dictation bahasa Arab I am the best, karena menurut saya bahasa arab
punya karakter huruf yang jelas,
berupa simbol unik (setelah saya belajar tahsin
properly saya merasa semua clear). Tapi jangan suruh saya spelling bahasa arab,
itu tetap sulit. Urutan abjadnya saja saya sampai skarang tidak bisa.
Saya ingat dulu saat saya MTsN, seorang guru menyuruh membaca secara estafet. Beberapa anak mendapat giliran membaca 1 atau 2 paragraf. Saat kena giliran saya, setelah 2 paragraf si guru menyuruh saya lanjut, bahkan hingga akhirnya saya membaca hampir 2 halaman. Teman- teman saya saat itu sudah gerasak-gerusuk memperhatikan saya dan menatap heran guru kami. Saya tetap disuruh lanjut. Satu hal yang saya ingat adalah saya keluar keringat dingin sambil membaca yang semakin lama makin tidak karuan dan kencang. Wallahu'alam apa yang ada di pikiran si bapak kenapa tega sekali dengan saya. Maybe he sensed something and wanted to make sure. Tapi yang jelas itu pengalaman membaca yang terberat bagi saya.
Sekarang saya kuliah di jurusan bahasa inggris, saat writing saya
selalu buka kamus oxford mungil nan buluk punya saya (semenjak ada smartphone,
dia agak terlupakan, maaf ya :(. Saya suka menanyakan orang-orang di sekeliling saya jika sedang
tidak bersama kamus atau malas buka kamus atau hp. Mereka akan lawak menggoda, “Ya
ampun siapa yang kuliah di Bahasa Inggris, siapa yang nanya?” atau “ Yang kuliah di bahasa Inggris siapa
dulu?”. Hahahha. Well, I just laugh.
Game yang paling saya benci sampai sekarang adalah
games yang saya lupa namanya, yang permainannya adalah menuliskan kata-kata
yang huruf awalnya sesuai huruf ujung sebelumnya di papan tulis. Yang sulit
adalah menuliskannya!!! Hahhaha. I really Hate this game saat sekolah.
Kalau anda sering mengalami hal yang sama, anda akan menggap saya
berlebihan. But I tell you it is not just a typo but a bad misspelling (Klik the word untuk baca tentang bedanya). Saya
berada di tahap benar-benar tidak tau how the word is written. Jadi siap dibaca
tetap ngak nyadar itu salah. Tapi kalau typo, begitu dibaca langsung tau salah
dan benar-benar murni salah ketik atau tulis. And you know what? "Google" adalah korban misspelling. Hahaha. Paman Google telah banyak membantu saya. Thanks. (Read the link).
Kalian tau gambar yang isinya tulisan ini:
If yes, I can read it perfectly, tapi begitu disuruh tulis balik
dengan benar I really can’t do it fast. I need time. Saya bisa baca karena
kebiasaan menscan word.
Saya juga mengalami banyak kesalahan membaca dan mengingat nama. Pernah suatu hari saya diteasing habis-habisan karena saya salah baca
hingga salah sebut nama orang dengan nama orang lain lagi. Dan nama itu adalah 2 nama laki-laki kenalan
saya. Habis-habisan digoda hingga saya akhirnya takut menimbulkan gosip. Karena orang
yang salah saya sebut namanya adalah orang yang saya respect a lot. Setelah
saya jelaskan dia awalnya tidak percaya, akhirnya dia admit my bad in reading.
Lega.
Anda tau? kalau saya mau membuat sebuah baris Bahasa Inggris atau hashtag
instagram, saya harus berkali-kali cek kamus. Update status fb sih gampang,
kalau salah ditandai garis merah, klik kanan maka akan ada pilihan yang benar. Mengetik
di word, email juga gitu. Technology really helps a lot. Dan tidak hanya kamus Bahasa Inggris, saya punya kamus KBBI di hp saya. Hahaha. Terus mengapa saya harus tetap menggunakan Bahasa Inggris saat membuat status dan hashtag? Karena saya belajar! Saya berlatih dengan itu! I want to change. Nothing else. I will really appreciate if you correct my
misspelling. Fell free to do it!
Saya ingat saat PPL, dari pertama masuk kelas I warned my students that I have misspelling problem, so if they find the mistake please correct me without
hesitate. They did it as much as they can. I gave my best with checking the
word that I would use at night before class. Bring the kamus, dll. Saya berusaha keras dan saya selalu biasakan
mereka membawa dan menggunakan serta mencari sesuatu di kamus. Don’t take me
for granted!
Tidak hanya masalah membaca, like a dyslexic, saya juga punya masalah dengan angka. Hingga saat ini saya tidak hafal perkalian! Hahaha. Lalu bagaimana saya bisa survive? Ya saya hitung manual, kan perkalian itu bagian penjumlahan. Hanya saja karena sudah sering jadi cepat. Saya suka matematika, ini sangat membantu saya. Yang penting bagi saya bukanlah latihan soal-soal tapi paham bagaimana penyelesaian soalnya, dasarnya, teorinya, turunan rumusnya, maka semua akan mudah. Yang penting saya latih adalah kecepatan melakukan semua hal ribet itu. Makanya saat persiapan UAN saya menjadi orang paling malas mengerjakan soal-soal bareng teman sekelas. Saya hanya mendengarkan bagian penjelasannya saja. Sisanya urusan saya. Hahaha.
Setelah membaca tentang dyslexia banyak penjelasan-penjelasan tentang saya yang sering ceroboh, tulisan yang subhanallah (sampai guru MIN saya dengan rela dan ikhlas harus memberikan privat menulis dulu walau sudah kelas 3 MIN, karena gurunya tidak bisa membaca tulisan saya, Ibu Khadijah, TERIMA KASIH BANYAK), dan mengapa saya akan sangat fokus jika dosen berbicara dan sangat menjaga eye contact, serta kebiasaan lainnya yang terjelaskan. Kalau ditanya sekarang seperti apa? Ya begitulah. I try hard without realizing it is hard because I am used to it. Kalau ingin membaca bagaimana di tahap dewasa seperti sekarang ini silahkan disini. Hampir semua point di adult benar. Walau saya mulai memanage bagian menulis dengan lebih baik.
Waaah....Jadi panjang bangeeeet.....Maaf ya, Edisi curhat. Tapi yang paling penting, jika anda punya anak, adik, atau siapapun dengan masalah yang sama silahkan dicari ilmunya, dibimbing dengan sabar. Saya yang sekarang adalah buah dari kesabaran orang-orang terdekat saya. Well, orang-orang di sekeliling saya bersabar tanpa tau apa masalahnya. Maklum dulu belum ngetrend. Mereka luar biasa.
Kalau mamak saya bilang, "Kek mana si Lia bisa rajin kali membaca sekarang, bukunya ka peunoh (Acehnese: sudah penuh) gudang, kalau kita ingat dulu dia telat kali bisa membaca". Hahaha. What I can say is: These all thanks to you Mom (Anugrah Allah terluar biasa), Family, My teacher, and friends atas kesabarannya.
*Salam Juza YotsubaWannabe.... ;)
Photo:
www.facebook.com/Fukitol-Real
www.shutterstock.com
www.zitzmanfam.blogspot.com
2 comments:
Wuuaaahh seruuu kak curhatnyaa.. ^_^ eheheh,, manteep2.. kok badral baru thu kak.. -_-
Hehhehe.....baru sempat share n tulis....:)
sekarang udah bagus, ngak kelihatan kali badral.
Post a Comment