Dalam salah satu sesi meditasi yang panjang berhari-hari, salah satu peserta bertanya kepada temannya yang lain tentang apa yang didapatkan dalam meditasi berhari-hari. Sahabatnya yang sudah ikut meditasi berkali-kali bergumam pelan: "Kita memang tidak mendapatkan apa-apa dalam meditasi karena semua sudah tersedia di dalam. Tapi, kita kehilangan banyak sekali hal, seperti kemarahan, kebencian, sakit hati, iri, dengki, dendam".
Kutipan di atas saya ambil dari salah satu tulisan Gede Prama dalam majalah Infobank pada kolom intermezzo yang diberi judul "Semua Arah Indah". Tulisan yang menarik di akhir, mengerutkan dahi saya di awal. Jangan tanya mengapa, lihat saja judul majalahnya. Hehehehe.
Kutipan di atas adalah bagian akhir yang menarik menurut saya. Dimana kadang kita tidak selalu harus mendapatkan sesuatu, kemudian baru dikatakan beruntung, bermanfaat, berguna, atau lainnya. Tetapi kehilangan juga dapat menjadi sesuatu yang, bahkan, lebih beruntung, bermanfaat, berguna, atau sifat-sifat yang dianggap baik lainnya.
Masalah apa yang dilakukan, ya tidak mesti meditasi, bisa saja ritual lainnya, sesuai keyakinan dan rutinitas ringan lainnya, yang kadang membuat kita berfikir, "Apa sih yang saya dapatkan jika saya mengerjakan A?". Agaknya kita harus menset ulang otak kita agar yang muncul adalah, "Kita kehilangan apa jika mengerjakan A?", tentunya dalam arti kehilangan hal buruk dalam diri maupun luar diri, hingga kita menjadi pribadi yang lebih baik, maupun memiliki lingkungan luar yang lebih baik. Hal buruk dalam diri bisa berupa rasa malas, dendam, iri hati, dll. Hal buruk di luar diri bisa berupa musuh, 'hal yang kita anggap kesialan', dll.
Kehilangan yang sesungguhnya tidak selalu bermakna buruk, seperti cerita di atas, jelas kehilangan yang sangat baik. Lantas bagaimana kehilangan yang lainnya, yang kita anggap buruk, menyedihkan, memilukan, dll. Pernahkah anda mendengar Meaning in suffering? Jangan terburu-buru menjawab tidak. Bahasa keren lainnya adalah 'Selalu ada hikmah di balik kesusahan', naaaah pernah dengar kan?
Tentang bagaimana kita memaknai sebuah penderitaan yang kadang dikaitkan dengan kehilangan. Makna ini kadang tidak hadir begitu saja ketika kita mengalami sebuah kehilangan. Kadang, bahkan sering kali, kita baru menemuinya jauh-jauh hari setelah semuanya kita anggap berakhir. Sebuah kehilangan bisa saja berakhir namun makna dari kehilangan itu bisa saja muncul bertahun-tahun setelahnya, yang berarti kita baru memulai awal dari sebuah kehilangan. Mengawali kebermaknaan hidup setelah kehilangan.
Kehilangan rasa benci dan dendam mungkin bukan ketika kita telah berjabat tangan/bermaafan dengan orang yang kita benci atau kita taruh dendam. Tapi ketika kita berdamai (deal) dengan rasa benci dan dendam yang ada dalam diri kita. Berdamai dengan diri bahkan lebih sulit, meyakinkan diri bahwa kita kehilangan banyak sekali kebaikan ketika menyemai benci dan dendam. Kehilangan begitu banyak senyum manis, tawa bahagia, dan kebersamaan.
Tanpa senyum, tawa dan kebersamaan anda mendapatkan benci dan dendam. Sedangkan dengan senyum, tawa dan kebersamaan anda kehilangan benci dan dendam, plus mendapatkan berjuta kebaikan. Pilih saja! Lakukan meditasi versimu...^_^
3 comments:
ini, sering dilakukan ama juza ya? ^^
ngak juga, ini kan cuma tulisan yg muncul siap baca majalah..^^
^^d
Post a Comment